MENGAPA BUDAYA BERPACARAN SEMAKIN MENJAMUR?
Berpacaran membuat cowok bahagia, ataukah membuat cewek terluka dan menderita? Ataukah bahwa berpacaran itu membuat pasangan antara si cowok dengan si cewek berbahagia hanya pada saat mereka sedang berduaan dan saling bermesraan, kemudian selebihnya adalah penderitaan bagi keduanya? Ataukah bikin si cewek dan si cowok tersebut banyak mengalami galau pada pada kehidupan sehari-hari mereka?
Artkel dan bacaan-bacaan, ataupun bahasan-bahasan tentang pacaran sangat diminati dan disukai terutama bagi para remaja, yaitu para cewek dan cowok yang sedang mengalami masa puber. Masa puber bagi remaja biasanya ditandai antara lain bagi si cewek atau si cowok mulai mencintai lawan jenisnya. Bagi si cewek biasanya juga ditandai dengan mulai haid atau datang bulan, adapun bagi si cowok ada kalanya ditandai dengan mimpi basah, tumbuhnya rambut kumis, dan lain-lain.
Dengan semarak dan ramainya masalah pacaran di negeri ini, maka pada pembahasan sesi (sesion) ini kita akan mengangkat masalah pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena menggejala dan bahkan sudah seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja . Cinta memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan hidup di dunia apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, yaitu kepada sang pujaan hati atau sang kekeasih hati, maka menjadikan cinta itu begitu terasa manis bahkan kalo orang bilang bila orang udah cinta maka empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta. Sungguh hal yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Terlebih bagi orang-orang Islam yang kurang memahami ajaran Islam, mereka sering melontarkan kata-kata yang bertentangan dengan Islam (agama yang dipeluknya), terkait dengan masalah pacaran.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan kepadanya dengan kata-kata "kamu nggak usah pacaran", maka serentak mereka akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa ngenal calon pendamping kita ?". Kalau dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan, " pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda sekarang, racun syubhat, dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim terhadap hukum halal-haramnya sesuatu, boleh dan tidak. Tragis memang kondisi kita ini, terutama yang muslimah. Mereka para muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa sebabnya, " Aku takut nggak dapat jodoh ". Muslimah banyak ketakutannya tentang calon pendamping, karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5. Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian? Jawabnya Tidak. Bagaimana bisa, kita ikuti selengkapnya pembahasan ini sebagai berikut, ( diambil dari buku Pacaran dalam Kacamata Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi).
Dikatakan beliau, bahwa pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah, karena ketiga rukun yang menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar perkawinan. Hal ini dilakukan dengan dalih sebagai suatu penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing pihak. Tapi dalam kenyataannya, masa penjajakan ini hanya dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan secepatnya untuk melaksanakan perkawinan atau pernikahan secara syah menurut aturan agama.
Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan ideal dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :
Mereka merasa beruntung sekali jika selalu dapat berduaan, dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan rasanya. Dan keduanya merasa satu sama lain saling memerlukan.
Mereka merasa cocok satu sama lainnya. Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah atau persoalan yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian dalam seluruh aspek kehidupannya.
Mereka satu sama lain senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secara sempurna dengan pertautan yang kuat. Karena rasa saling cintanya yang sangat kuat, meskipun hubungan mereka baru level berpacaran, alias belum ada ikatan pernikahan, akan tetapi mereka melakukan hubungan asyik berduaan, bahkan sering terjadi sering berciuman dan berpelukan. Lebih parahnya lagi semakin tidak bisa mengendalikan nafsu syahwatnya, maka bisa melakukan hubungan perzinaan, padahal perbuatan zina merupakan perbuatan haram, atau perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam.
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan perasaan cinta yang semakin tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran. Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak cintanya semakin melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.
Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. Dalam pandangannya sang dara tampak begitu sempurna. Hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu terbayang si dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan akhirnya menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang membubung tinggi ke angkasa, merobek cinta yang tinggi membintang, hingga luka mengubur cinta.
Semakin erat dan asyiknya hubungan antara seorang pemuda dengan pemudi melalui pacaran, maka semakin tak tahan dan tak betah rasanya walau berpisah hanya dalam waktu yang tak lama, karena rasa kangen atau kerinduan yang semakin mendalam untuk bertemu dengan kekasih (pacar)nya, dan merupakan rasa galau yang tak akan pernah sembuh sebelum bertemu dengannya, bahkan akan terus menderita kalau apa yang diinginkan terhadap pacarnya belum dilampiaskannya. Rasa semakin rindu terhadap pacar adalah rasa galau yang semakin bertambah galau yang menjadikan hidup dan kehidupannya selalu gelisah, pikiran tidak tenang. Dengan berpacaran menjadikan diri semakin banyak melanggar aturan-aturan Tuhan, menjadikan diri tidak ingat dan lalai kepada Tuhan, sehingga Tuhan menjadikan mereka semakin tidak bisa tenang dalam menjalani kehidupan yang sedang dijalaninya dalam kehidupan sehari-harinya. Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa kita diperintahkan untuk memperbanyak dzikir (ingat) kepada Tuhan, dan bahwa dengan banyak berdzikir (ingat) kepada Tuhan, maka jiwa (hati) menjadi tenang?
Hubungan pergaulan pemuda dengan pemudi melalui berpacaran, menjadikan rasa hubungan yang terasa ingin terus-menerus semakin intim. Terlebih bahwa hubungan mereka nantinya ingin menjadi pasangan suami-istri yang ideal, maka mereka selalu berusaha agar hubungan mereka semakin dekat/intim dan semakin kuat, mereka tidak menyadari bahwa hubungan keintiman antara cowok dan cewek semakin mengarah pada hubungan seksual. Sebab titik klimaknya hubungan cinta itu kalau sudah melakukan hubungan seksual. Terlebih kalau cintanya itu hanya karena nafsu syahwatnya yang ingin cepat-cepat dilampiaskan kepada cewek yasng sedang dicintainya, maka sungguh sangat kasihanlah bagi cewek yang menjadi korbannya. Itulah sebabnya banyak cewek yang menjadi korban cinta, akibat pelampiasan nafsu syahwat cowok berhidung belang yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan bagi cewek, banyak dari mereka yang terlalu sempit pemikirannya. Si cewek hanya berfikir bahwa dirinya mencintai cowok yang dicintainya, dan cowok tersebut juga mencintai dirinya.
Banyak dari kalangan cewek yang tidak berfikir dan bertanya dalam hatinya saat mereka sedang dilanda cinta atau asmara, apakah si cowok tersebut hanya ingin melampiaskan nafsu syahwatnya melalui berpacaran dengannya. Karena rasa yang begitu kuat bagi si cewek untuk menginginkan si cowok tersebut menjadi miliknya atau kekasihnya, sehingga banyak cewek yang tidak kontrol diri, mereka berani mengeluarkan pernyataannya masing-masing dengan kata-kata "Aku berani mengorbankan diriku hanya untukmu", "Aku berani berkorban untukmu", Aku segalanya hanya untukmu", sehingga ada sebagian cewek yang pada saat berpacaran sudah berani menyerahkan kehormatannya kepada si cowok yang dicintainya. Padahal sangat sering terjadi ketika si cewek sedang sangat cintanya kepada si cowok, ternyata si cowok tersebut telah terbang dan menghinggapi cewek cantik lain yang lebih aduhay. Janji mereka ingin "Sehidup semati" merupakan janji gombal saja. Omong kosong belaka. Si cewek yang tadinya sangat diidam-idamkan oleh si cowok tersebut ternyata dibuang begitu saja. Habis manis sepah dibuang, dan berakhirlah riwayat cintanya
Begitulah nasib tragis bagi si cewek yang tidak bisa mengendalikan diri dan terlalu ceroboh menghadapi cowok yang dicintainya, yang ternyata si cowok hanya ingin menghisap madunya belaka dengan melalui pelampiasan nafsu syahwatnya. Sehingga akhir cerita yang terjadi adalah bahwa cinta antara si cowok dengan si cewek tadi hanya membekaskan luka dan derita yang lama dan bahkan hidup penuh frustrasi bagi si cewek. Hubungan berpacaran antara si cowok dengan si cewek cenderung ingin semakin erat dan intim dalam berhubungan, bahkan pada zaman sekarang, sebagian dari hubungan mereka yang berpacaran ada yang hubungannya tampak bagai hubungan antara suami dengan istri karena terlalu dekatnya hubungan antara si cewek dengan si cowok pasangannya. Hubungan mereka adalah hubungan yang semakin mendekat dengan perzinaan. Rasa galau selalu menghantui dirinya saat-saat tak berdampimgan dengan kekasihnya. Rasa keinginan bagi orang yang sedang pacaran adalah rasa untuk cenderung bisa melakukan hubungan intim dengan pacarnya yang semakin meninggi, karena keinginan kuatnya adalah cintanya benar-benar merupakan cinta sejati, alias berharap bahwa nantinya bisa menjadi pasangan suami-istri, walau ternyata cintanya kandas di tengah jalan terkena angin dan ombak sehingga luka, derita dan lara yang terjadi karena cinta mereka bukan cinta sejati.